Aku
pergi pagi-pagi untuk membuang sampah ke TPA. Aku melihat gunungan
sampah yang tinggi, dan sampah-sampah itu mau di angkut oleh sebuah
truk, di sana aku juga melihat banyak pemulung yang berebut seperti
sedang berburu. Pemulung tersebut mengais dan mencari sampah yang
diggunakan untuk menyambung kehidupan mereka. Aku pulang, melintasi
sebuah rumah yang besar dan sebuah mobil mewah, namun di sudut rumah
itu aku melihat orang yang sedang menimbang sampah yang sangat
banyak.
Sampai
di rumah aku berfikir “apakah jadinya jika hidup disiya-siyakan”.
Kata-kata itu terbelenggu dalam pikiranku. Hingga aku bertemu dan
bertanya kepada Dia, jawabNya “mati”. Setelah itu aku pergi dan
membaca sebuah buku kecil. Aku baca sebuah kisah dari buku itu, aku
membaca sebuah renungan harian dan salah satu kutipannya “pohon
anggur yang rantingnya tidak berbuah akan di pangkas dan kemudian di
bakar.” Aku menemui Dia dan bertanya “apakah setiap orang
memiliki kesempatan utuk berubah?” Dia hanya menjawab “setiap
orang memiliki jalan sendiri.” lalu aku bertanya “apakah ada
persimpangan dalam jalan itu?” Dia menjawab “setiap orang diberi
banyak pilihan namun, hanya satu pilihan yang dapat dipilih.” “lalu
apakah jika kita salah memilih akan mendapat hukuman ?” Dia hanya
menjawab pertanyaanku dengan tersenyum. “Kenapa bisa manusia
terjatuh dalam dosa?”, tanyaku pada Dia. Dia menjawab “Iblis
itu licik dan tahu kelemahan manusia. Ia menggunakan hal-hal nyata
untuk menakut-nakuti manusia hingga kehilangan damai sejahtera
dan kasih Allah. Ketika kehilangan damai sejahtera, ketakutan
itulah yang tinggal dan menyelimuti hidup
manusia.”
Suatu
sore aku membaca sebuah kisah yang berkisahkan seseorang yang sudah
mati dalam roh bahkan bisa dibilang dia itu hanya sampah, kemudian di
mendapat mujizat dari Tuhan, hidupnya berubah dari yang dulu adalah
seorang yang tidak mengenal Allah, sekarang berbeda dia adalah anak
Allah yang sukses dan dapat menjadi inspirasi. Aku berfikir dan
merenung sehingga aku menemukan sebuah pendapat “seekor
anak ayam akan tersesat jika jauh dari induknya, dan hanya induknya
yang dapat memberitau jalan untuk pulang”.
Aku bertemu dengan Dia, Dia melihatku dan berkata “Allah hadir
untuk kita, Dia hadir supaya memberikan jalan terang, Dia mengerti
permasalahan hidup kita, Dia mampu mengangkat dan menolong dalam
kesusahan, karena setiap orang adalah berharga di mata Dia.”
Malam
harinya aku merenung dan sambil berfikir bahwa “Pada
mulanya, ketika Allah menciptakan alam semesta, Ia menciptakan
manusia pada hari penciptaan yang terakhir supaya manusia memiliki
sumber daya untuk kehidupannya. Pada awalnya Tuhan menempatkan
manusia di Taman Eden, tempat yang penuh damai sejahtera. Semua
dilakukan karena Allah mengasihi manusia. Hingga, pada suatu masa
manusia jatuh ke dalam dosa, dan akibatnya, manusia sedang berjalan
menuju maut. Akibat dosa manusia harus menjalani hidup dengan segala
permasalahan dan merasa tidak disapa kasih. Allah yang kasihNya kekal
tidak berkehendak manusia hidup dalam dosa dan berjalan menuju maut,
Dia utus AnakNya untuk menjadi sumber kasih bagi dunia dan manusia,
supaya nyata.”
baca lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar