Kamis, 27 Desember 2012

Tiada yang Terbuang

Aku pergi pagi-pagi untuk membuang sampah ke TPA. Aku melihat gunungan sampah yang tinggi, dan sampah-sampah itu mau di angkut oleh sebuah truk, di sana aku juga melihat banyak pemulung yang berebut seperti sedang berburu. Pemulung tersebut mengais dan mencari sampah yang diggunakan untuk menyambung kehidupan mereka. Aku pulang, melintasi sebuah rumah yang besar dan sebuah mobil mewah, namun di sudut rumah itu aku melihat orang yang sedang menimbang sampah yang sangat banyak.
Sampai di rumah aku berfikir “apakah jadinya jika hidup disiya-siyakan”. Kata-kata itu terbelenggu dalam pikiranku. Hingga aku bertemu dan bertanya kepada Dia, jawabNya “mati”. Setelah itu aku pergi dan membaca sebuah buku kecil. Aku baca sebuah kisah dari buku itu, aku membaca sebuah renungan harian dan salah satu kutipannya “pohon anggur yang rantingnya tidak berbuah akan di pangkas dan kemudian di bakar.” Aku menemui Dia dan bertanya “apakah setiap orang memiliki kesempatan utuk berubah?” Dia hanya menjawab “setiap orang memiliki jalan sendiri.” lalu aku bertanya “apakah ada persimpangan dalam jalan itu?” Dia menjawab “setiap orang diberi banyak pilihan namun, hanya satu pilihan yang dapat dipilih.” “lalu apakah jika kita salah memilih akan mendapat hukuman ?” Dia hanya menjawab pertanyaanku dengan tersenyum. “Kenapa bisa manusia terjatuh dalam dosa?”, tanyaku pada Dia. Dia menjawab “Iblis itu licik dan tahu kelemahan manusia. Ia menggunakan hal-hal nyata untuk menakut-nakuti manusia hingga kehilangan damai sejahtera dan kasih Allah. Ketika kehilangan damai sejahtera, ketakutan itulah yang tinggal dan menyelimuti hidup manusia.
Suatu sore aku membaca sebuah kisah yang berkisahkan seseorang yang sudah mati dalam roh bahkan bisa dibilang dia itu hanya sampah, kemudian di mendapat mujizat dari Tuhan, hidupnya berubah dari yang dulu adalah seorang yang tidak mengenal Allah, sekarang berbeda dia adalah anak Allah yang sukses dan dapat menjadi inspirasi. Aku berfikir dan merenung sehingga aku menemukan sebuah pendapat “seekor anak ayam akan tersesat jika jauh dari induknya, dan hanya induknya yang dapat memberitau jalan untuk pulang”. Aku bertemu dengan Dia, Dia melihatku dan berkata “Allah hadir untuk kita, Dia hadir supaya memberikan jalan terang, Dia mengerti permasalahan hidup kita, Dia mampu mengangkat dan menolong dalam kesusahan, karena setiap orang adalah berharga di mata Dia.”
Malam harinya aku merenung dan sambil berfikir bahwa “Pada mulanya, ketika Allah menciptakan alam semesta, Ia menciptakan manusia pada hari penciptaan yang terakhir supaya manusia memiliki sumber daya untuk kehidupannya. Pada awalnya Tuhan menempatkan manusia di Taman Eden, tempat yang penuh damai sejahtera. Semua dilakukan karena Allah mengasihi manusia. Hingga, pada suatu masa manusia jatuh ke dalam dosa, dan akibatnya, manusia sedang berjalan menuju maut. Akibat dosa manusia harus menjalani hidup dengan segala permasalahan dan merasa tidak disapa kasih. Allah yang kasihNya kekal tidak berkehendak manusia hidup dalam dosa dan berjalan menuju maut, Dia utus AnakNya untuk menjadi sumber kasih bagi dunia dan manusia, supaya nyata.”


baca lainnya :
God Love Me
Beautiful Victory
Bangkit dan Berubah
Berfikir
Usaha dan Ucap Syukur
Kasih Dia yang Nyata
Guru yang Sempurna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar