“Kita
perlu belajar untuk berpikir secara mendalam. Berpikir secara
mendalam berarti memikirkan perkara yang penting dalam hidup seperti
perkara rohani. Banyak orang mengesampingkan perkara rohani walaupun
perkara rohani lebih penting dari pada
perkara jasmani. Orang yang bijaksana adalah orang yang berpikir
secara mendalam tentang hidupnya. Kita perlu belajar untuk berpikir
kreatif. Jangan hanya menerima atau mengikuti pendapat orang lain.
Kembangkan daya pikir yang kritis dan kreatif. Jangan takut untuk
mengajukan pertanyaan. Kita perlu terbuka pada perubahan. Cara hidup
dan kebiasaa yang kurang baik perlu diubah sehingga kehidupan kita
bisa menjadi lebih efektif.” Kata Guruku yang
menjawab pertanyaanku.
Aku
bertanya “Apakah bisa kita menjalani hidup tanpa Allah ?” Dia
menjawab, “Dalam kehidupan ini kitapun sewaktu-waktu bisa
berhadapan dengan "singa-singa ganas" seperti masalah,
kesulitan, pergumulan, masalah keuangan, sakit penyakit dan berbagai
penderitaan lainnya, yang setiap saat bisa merobek-robek kita. Tapi
dengan kuasa Roh Allah yang memerdekakan, kita sanggup merdeka dari
segala beban masalah yang menghimpit kita. Tanpa Roh Kudus mungkin
orang bisa berhasil, tapi seberapa lama hal itu bisa bertahan, dan
yang lebih penting lagi. Betapapun kecilnya
kita, dalam Roh Tuhan kita dapat melakukan perkara-perkara besar
dengan penuh keberhasilan, termasuk perkara-perkara yang bertentangan
dengan logika, ajaib dan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.”
Setelah
aku pulang sekolah, aku berfikir “apakah Allah mampu memberikan
kesempatan kedua setelah Aku berbuat banyak dosa ?” lalu keesokan
harinya aku bertanya kepada Guruku lagi. Dia hanya menjawab, “Kasih
sanggup mengadakan perubahan menyeluruh dan mendasar. Jika kamu
sepenuhnya memahami kasih Tuhan, kamu
mungkin akan saling bersaing, kamu
masing-masing berusaha semakin mengasihi sesama. Dan pastilah setiap
orang akan muncul dari persaingan itu sebagai pemenang! Karena kasih
itu sesungguhnya adalah satu-satunya rahasia pasti yang mengantar
pada keberhasilan.
Kasih sejati bukanlah hanya
menguasai perasaan, tetapi juga kehidupan yang
kamu jalani hari demi hari
di dunia ini.”
“Bagimana
kita menghadapi masalah dengan kasih Guru?” tanyaku sambil memahami
perkataanNya. “Jika kita
telah menderita dalam masa yang sulit belakangan ini, sadarlah akan
berkat-berkat di sekeliling kita.
Kita
akan jauh lebih berhasil mengatasi masalah-masalah jika
kita memuliakan Tuhan
Allah untuk pemecahan yang
telah disediakan-Nya. Oleh karena itu, palingkan mata kita
dari kesukaran dan arahkan pandangan ke sekitar kita
maka kita
pun dengan segera meneriakkan kemenangan.
Masalah dan berkat adalah
satu paket yang Tuhan berikan dalam kehidupan orang-orang percaya.
Keduanya tidak dapat terpisahkan.”
Jawab Guruku sambil melihat aku. Setelah itu aku hanya terdiam
melihat perkataab Guruku .
Hingga
beberapa saat aku bertanya lagi “Guru, aku ini berdosa, apakah aku
masih bisa mellayani Allah?” “Allah
tidak pernah mencap kita sebagai orang gagal. Tak peduli betapa
memalukan kegagalan kita. Tak peduli sekali pun semua orang, bahkan
saudara-saudara kita mengecam kita, Allah senantiasa memberi
kesempatan. Kasih Allah yang seperti mentari abadi, tak pernah pudar
dan Dia membuat sang mentari kecil itu juga tidak pudar, bahkan di
masa senjanya.” Jawab Guruku sambil melihat
langit. Lalu tak berselang lama Dia berkata
“Begitu kamu
berani menerima kenyataan, hidup kamu
akan berubah selama-lamanya.
Kamu takkan puas lagi untuk
hanya duduk-duduk saja merengek dan berharap agar segala sesuatunya
berbeda. Kamu
akan melangkah untuk
menempati kedudukan kewibawaan yang telah diberi Yesus, untuk
mengambil tempat yang menjadi hak-hak
anak Allah di sisi-Nya.”
baca lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar