Sebuah pesta rakyat selalu di adakan setiap tahunnya, di setiap
tahunnya banyak orang berkumpul. Dari anak-anak, muda-mudi, bahkan
orang yang lanjut usia. Bahkan sering disebut acara tersebut adalah
acara semua kalangan. Baik mau yang punya duit dan tidak punya duit
mereka berbaur menjadi satu.
Di samping pojok, ada sebuah bangku. Bangku itu di isi oleh 3 orang,
orang pertama adalah orang yang sangat miskin, orang yang kedua
adalah orang yang pas-pasan sedangkan orang yang ketiga adalah orang
yang sangat kaya. Mereka bertiga mengobrol dengan begitu akrapnya dan
hingga membicarakan tentang kondisi keungan mereka. Orang pertama
berkata, “Aku bekerja siang-malam, setiap ada peluang kerja aku
pasti tidak menolaknya, walau sekeras apapun kerjaannya dan luar
biasa capeknya, namun hidupku tidak berubah masih tetap saja menjadi
seorang yang miskin.” Lalu orang kedua berbicara dengan sombong dan
seakan-akan mengejek orang pertama “Lihat ini aku, aku hanya
duduk-duduk di rumah. Aku menunggu uangku yang datang dengan sendiri,
namun hidupku berkecukupan, walau aku tidak kaya aku menikmati
hidupku.” Orang ketiga menyahutnya dan sambil tertawa berkata,
“Hey, apa jadinya hidup jika kita tidak memiliki uang. Aku bekerja
untuk mencari uang sebanyak-bayaknya karena bagiku uang adalah
segalanya, uang mampu menyelesaikan masalah, keadilan dpat diperoleh
dengan uang.”
Setelah mereka bertiga berbicara dengan perekonomian mereka, di
panggung terdapat sebuah sambutan dan pemberian hadiah. Panggilan
untuk memberikan sambutan di tujukan kepada orang yang terlihat
sangat kumuh dan miskin. Ternyata orang tersebut memberikan sambutan
karena orang tersebut adalah orang yang memiliki perjuangan keras,
tidak pernah mengeluh, tabah menghadapi cobaan. Bahkan orang yang
terlihat kumuh dan miskin tersebut adalah seorang pendiri yayasan
yang ternama di daerah tersebut. Dia membiyayai dan memberikan semua
hasil kerja keras untuk yayasan tersebut.
Setelah acara sambutan dilakukan, acara pembagian hadiah di lakukan.
Setelah di umumkan orang yang pertama kali menang adalah seorang yang
berpakaian bagus dan berantakan, terlihat dari penampilannya dia
seorang yang sangat malas dan tidak punya sebuah massa depan yang
indah. Walau begitu dia sangat senang dengan sebuah yang diberikan.
Acara pembagian hadiah dilakukan sampai selesai dan semua orang
terlihat senang karena mendapat hadiah dan ada pula yang kesal karena
tidak mendapat hadiah.
Disaat orang berpendapatan lebih besar masih mengeluh, alangkah
indahnya jika kita bisa bersyukur dan hidup gembira dengan menikmati
pekerjaan kita hari ini. Tuhan pun akan sangat senang apabila kita
mensyukuri pekerjaan yang telah Dia sediakan untuk kita sebagai
sebuah berkat, dan memakainya sebagai alat untuk memberkati orang
lain sekaligus memuliakan Tuhan. Mungkin ada saat ini di antara kita
yang mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya, mungkin ada yang merasa
bahwa pekerjaan saat ini tidak cukup baik, namun saya ingin
mengingatkan bahwa Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk
memberkati kita. Yang dituntut dari kita adalah bekerja
sungguh-sungguh dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia. Kita tidak akan bisa bekerja dengan segenap hati
jika kita tidak ada kegembiraan atau gairah sedikitpun dalam
melakukannya. Sekali lagi, besar kecilnya pendapatan bukanlah alasan
untuk bergembira atau tidak, karena kebahagiaan sejati sesungguhnya
terletak pada hubungan kita dengan Tuhan. Tidak jarang kita melihat
keluarga yang hancur, hidup orang yang jauh dari bahagia, padahal
mereka memiliki kekayaan yang besar atau pekerjaan yang mapan. Jika
demikian, mengapa kita tidak mencoba memberikan kesempatan pada
pekerjaan kita, mulai meneteskan cinta disana, mengucap syukur atas
pekerjaan itu kepada Tuhan lalu memberikan yang terbaik dari kita?
Jika itu anda lakukan, maka anda akan menyaksikan bagaimana luar
biasanya Tuhan bisa memberkati kita lewat apapun yang kita kerjakan.
baca lainnya :