“Disakiti
atau diperlakukan tidak adil merupakan bagian dari kehidupan setiap
orang. Yang menjadi masalah adalah bagaimana kita menyikapi diri kita
bila hal tersebut terjadi dalam kehidupan kita. Saat
disakiti kita dapat memilih untuk terus mencengkeram rasa sakit dan
menjadi pahit hati. Hidup kita menjadi menderita, kita membenci dan
menyalahkan orang yang menyakiti kita. Satu hal yang pasti bila
pilihan ini yang kita ambil, maka orang yang menyakiti kita tidak
akan tersakiti, tapi kita sedang menyakiti diri kita sendiri. Dan
bila dibiarkan terus menerus akan menjadi akar pahit dalam hidup
kita. Kepahitan bisa menjadi sesuatu yang mematikan, tidak hanya
merusak diri sendiri, tetapi juga ke orang lain (bahkan mungkin orang
yang kita kasihi).” Sebuah kutipan yang ditulis oleh ibu semejak
bliau bertemu mengenal Allah Juru Slamat. Kutipan itu yang juga
membuat aku berkelakuan lebih baik, baik untuk tidak menyakiti dan di
sakiti.
Saat
ini aku yakin hanya Allah yang mampu merubah hidupku dan semua orang
karena rencana Tuhan adalah sebuah rencana yang tidak terduga, sebab
rencana yang Dia berikan sangat istimewa bagi kita. Contohnya saja di
saat berdoa kepada Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan dan
penderitaan, justru Tuhan berkata tidak, karena Tuhan mengingikan
kita menyelesaikannya. Ternyata hal tersebut dapat membuat kita lebih
dewasa dalam menjalankan hidup ini sebab, hal ini akan menjadi
pengalaman kita. Sehingga aku menyebut-Nya Ayah. Aku bangga mempunyai
Ayah seperti Dia di saat aku berbuat kesalahan yang sanggat besar Dia
hanya menegur dan tidak memarahi aku, Dia pun tidak memaki atau
berteriak-teriak secara emosional. Sekarang aku baru mengerti bahwa
melalui perbuatan Ayah yang sederhana , Beliau mengajari bahwa setiap
kejadian di dalam hidup ini mempunyai segi yang positif bila kita
bersedia untuk melihatnya dari sudut pandang yang berbeda dan betapa
besar nilainya bila hidup kita.
baca lainnya :